Blog Tentang Pendidikan, Sastra dan Semesta

Menenangkan Pikiran di Bukit Sihopit

Sumatera Utara identik dengan Danau Toba. Tak heran jika Danau Toba menjadi salah satu objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh para wisatawan lokal dan mancanegara. Selain itu, Danau Toba memiliki pesona yang mengangumkan dengan bukit-bukit yang mengapitnya. Diantara bukit-bukit yang menyebar di setiap pemukiman penduduk desa setempat terdapat di wilayah Samosir, Siantar, Parapat, Tanah Karo, Dolok Sanggul dan lain-lain.

Kesejukan pemandangan Danau Toba di setiap wilayah dataran rendah dan tinggi   menjadi incaran para pendaki untuk berkemah. Misalnya di wilayah Tanah Karo, ada beberapa objek wisata untuk pendakian yang dapat dinikmati yaitu Merek, Tongging, dan Silalahi. Tak heran, banyak pendaki yang menemukan lokasi bukit baru untuk berkemah. Salah satunya ada bukit yang disebut dengan nama yang sedikit menggelitik menurut saya. Perjalanan saya ke bukit ini berawal dari rasa penasaran saya dengan sebutan lain bukit di Tanah Karo. Inilah alasan saya untuk melakukan perjalanan menuju wilayah Merek. Di desa Merek memiliki bukit yang unik yaitu Bukit Sihopit atau dikenal dengan Bukit Gajah Bobok. Bersama rekan-rekan Pendaki Medan, saya pun memulai awal petualangan ke Bukit Sihopit tersebut.

Objek wisata alam ini dinamai dengan Gajah Bobok menurut beberapa pendapat yang saya temui dari pihak warga lokal dan teman-teman yang berkunjung berawal karena dua bukit tertinggi terlihat seperti gajah yang sedang tertidur saat kita melihatnya dari arah Jalan Lintas Kaban Jahe menuju Sidikalang. Ditambah lagi dengan adanya jalan menuju bukit tersebut memiliki kemiripan belalai gajah sehingga semakin memperkuat opini sederhana orang lain yang melihatnya. Inilah yang disebut kebanyakan orang dengan kata lain Gajah yang sedang beristirahat atau bahasa bekennya Bukit Gajah Bobok.  Sedangkan menurut hasil survei saya bertanya kepada warga lokal mengatakan bahwa sebenarnya bukit ini memiliki nama dan cerita kearifan lokal tersendiri yakni Bukit Sihopit. Menurut salah satu sumber yang saya Tanya, Bukit Sihopit adalah bukit kembar dengan bukit yang ada di depannya. Kisahnya bermula pada zaman dahulu ada sepasang anak kembar yang mencari orangtuanya. Salah satu anak kembar tersebut bernama Sihopit. Penantian mereka berakhir di tepi Danau Toba yang saat ini disebut Tongging. Itulah, alasan nama bukit di wilayah Merek ini disebut Bukit Sihopit. Namun, nama Bukit Sihopit masih tabu di pendengaran masyarakat sekitar apalagi para pengunjung dari luar daerah/kota Tanah Karo.

Bukit Sihopit baru aktif diminati oleh para pengunjung sekitar tiga tahun belakangan ini. Jadi, jangan heran, jika yang mengelola tempat wisata alam ini masih warga lokal. Tidak begitu banyak persyaratan dan memudahkan pengunjung untuk menikmati Bukit yang disebut Gajah Bobok ini. Dengan dimulainya persediaan parkiran untuk kendaraan beroda serta tanpa ada biaya masuk resmi yang tertera di posko kedatangan Bukit Sihopit.

Bukit Sihopit memiliki ketinggian kurang lebih 1800 MDPL. Trek pendakiannya tidak begitu curam. Tak heran jika banyak para wisatawan yang mendaki ke Bukit Sihopit. Jika kamu berasal dari Medan maka rute perjalanannya yakni Medan menuju Berastagi sekitar dua jam. Lalu dari Berastagi menuju Merek sekitar satu jam. Dari Merek menuju Bukit Sihopit sekitar  tigapuluh menit. Selanjutnya kita akan memasuki jalanan yang berbatu selama dua puluh menit. Mata kita akan dimanjakan dengan hamparan perkebunan sayur milik warga setempat dan perbukitan yang menjulang. Tanpa terasa, saya tiba di halaman parkiran sepeda motor dan mobil. Saya dan team pendakian tidak perlu khawatir soal keamanan kendaraan karena cukup membayar Rp. 15.000,00 maka kendaraan kami akan dijaga oleh warga setempat.

Perjalanan pendakian saya pun dimulai. Ada sebagian yang menaiki bukit tersebut melalui kendaraan bermotor. Ada yang sebagian menikmati panorama alam di sekitar Bukit Sihopit melalui pendakian. Salah satunya saya. Menurut saya alangkah sehatnya kita berjalan di suasana perbukitan yang diapit oleh gunung dan danau terluas di Asia Tenggara ini. Berbeda jika kita berjalan di pinggir trotoar kepadatan kendaraan yang ada di kota. Dan dikuatkan prinsip para pendaki, jika namanya bukit tantangannya pendakian, bukan segera sampai terburu-buru melalui kendaraan beroda. Klasiknya sampai puncak hanya untuk berfoto ria.

Setelah mendaki yang tidak begitu terjal untuk segala kalangan usia ini. Trek yang saya lalui berbatu dan bertanah liat. Sekitar dua puluh menit mendaki menuju Bukit Sihopit. Jangan khawatir, selama pendakian mata kita akan ditawarkan berbagai pemandangan indah baik sebelah kanan dan kiri. Jika melihat dari arah kiri kita akan melihat susunan perkebunan sayur milik warga sedangkan jika kita melihat arah kanan maka akan terlihat panorama Danau Toba dengan air yang menenangkan. Tak terasa, kami pun tiba di puncak Bukit Sihopit. Pemandangan yang meneduhkan mata dan rasa bersyukur yang tiada henti ketika melihat ketenangan Danau Toba serta dilengkapi desa Togging yang terlihat dari puncak Bukit Sihopit.

Setelah puas merekam panorama Danau Toba dalam pikiran kami masing-masing, kami pun memilih tempat yang pas untuk mendirikan tenda. Suasana sejuk dan berkabut akan terasa ketika malam hari. Keindahan malam akan terasa jika melihat cahaya lampu dari tenda para wisatawan. Tak lupa, kesempurnaan dipadu padankan melalui pancaran cahaya kota yang dilihat dari ketinggian bukit seperti ribuan titik yang tersusun rapi. Satu lagi bintang gemintang (milky way) di langit yang bertaburan ikut berperan menenangkan mata kita saat suasana malam berkemah kami. Suasana seperti ini, memberi kesan ketenangan yang mungkin sulit ditemui ditengah hiruk pikuk kota metropolitan. Ditambah dengan segarnya udara di atas perbukitan, semakin membuat pengunjung merasa kenyamanan yang tak terlukiskan yang disuguhkan oleh alam.

Menjelang fajar tiba, jangan lewatkan bangun lebih awal untuk melihat goresan lukisan Maha Pencipta melalui terbitnya matahari. Jika beruntung mata para pengunjung akan dibuat tak berkedip dan hati terus melafazkan syukur kepada Pemilik Maha Alam. Pagi adalah waktu matahari dari ufuk timur muncul pelan-pelan naik sebagai pertanda dimulainya hari yang baru. Para pengunjung yang melihat sketsa sunrise ini akan membuat jiwa pengunjung kembali bersemangat untuk menjalankan segala aktivitas ketika kembali ke tujuan rumahnya masing-masing. Ditambah dengan gagahnya Danau Toba memancarkan pantulan cahaya matahari. Bahkan sebagai pelengkap kita dapat melihat dari seberang bukit adanya arsitek buatan manusia yang membentuk salah satu resort kelas berbintang yang ada di Sumatera Utara membuat lensa para pengunjung untuk mengabadikan dirinya diantara bukit-bukit tersebut.

Kerugian tidak akan pernah terucap oleh para pengunjung termasuk salah satunya saya. Destinasi alam Tanah Karo masih banyak yang wajib kita telusuri dan strategis untuk kantong biaya. Selain bertambahnya kadar bersyukur dan cinta kepada Maha Pemilik Semesta Alam, petualangan saya juga menambah pengetahuan serta terjawab dengan nama pemilik asli Bukit Sihopit. Bukit Sihopit benar-benar mampu menenangkan pikiran para wisatawan yang resah dengan segala kesibukan di kota.

 Faeture ini terbit di Harian Analisa 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar