Blog Tentang Pendidikan, Sastra dan Semesta

Pesona Hamparan Ilalang di Pusuk Buhit Pulau Samosir


Sumatera Utara salah satu objek wisata yang sering dikunjungi akhir pekan atau hari biasa. Seperti di dataran tinggi ada Gunung Sibayak yang dapat dinikmati bagi pendaki dan wisatawan yang menyukai hawa kesejukan di pegunungan Berastagi. Kemudian  ada Bukit Lawang di Bahorok, Pulau Nias dan Surga  alam Danau Toba yang sering digunakan sebagai destinasi perfilman dan tempat yang menarik dikunjungi para wisatawan domestik maupun mancanegara.

Namun perjalanan saya kali ini bukan membahas tentang danau toba melainkan salah satu bukit yang berada di sekitar pulau Samosir yaitu Pusuk Buhit. Kebanyakan masyarakat Sumatera Utara kurang mengetahui lokasi Pusuk Buhit. Dikarenakan tempatnya yang masih sakral dan dijaga oleh warga setempat karena masih sering melakukan tradisi leluhur seperti sembahyang dan kepercayaan  mendoakan roh nenek moyang batak.

Mengulas kembali sejarah Pusuk Buhit bahwa Pusuk buhit adalah salah satu gunung berapi (G.Sibayak, Sinabung, Sorik Merapi) yang terdapat di Sumatera Utara. Gunung ini memiliki ketinggian 1972 mdpl (meter diatas permukaan  laut) dan mencakup beberapa desa di Kecamatan Sianjur Mula-mula dan Kecamatan Pangururan. Kabupaten Samosir

Seperti yang saya ketahui sejarah Danau Toba dari buku dan  beberapa website internet bahwa Gunung Pusuk Buhit merupakan gunung tinggi sisa dari letusan gunung api Toba Purba yang maha dahsyat. Letusan gunung ini tercatat sebagai yang paling besar sepanjang sejarah dunia. Tercatat sedikitnya 4 kali Gunung Toba Purba meletus untuk kapasitas yang cukup besar. Masing-masing terjadi pada 800.000, 300.000, 75.000 dan 45.000 tahun lalu. Tiap kali ia meletus, memunculkan kaldera-kaldera baru.

Letusan pertama  menciptakan  kaldera di wilayah selatan yakni Kaldera Porsea-Balige. Letusan kedua melahirkan kaldera di utara, yakni Kaldera Haranggaol. Letusan ketiga menimbulkan Kaldera Sibandang dengan Pulau Samosir. Letusan terakhir memunculkan Kaldera Bakkara dengan Pulau Simamora sebagai lubang magmanya. Inilah menjadi alasan kuat saya ingin mendaki Pusuk Buhit. Iamjinasi saya sudah benar indah-indah tentang Pusuk Buhit.

Perjalanan saya ke Pusuk Buhit berawal mengikuti dari Komunitas Pencinta Alam (KPA) Sumut. Kami memilih jalur berangkat melalui Kabupaten Karo  kearah Sidikalang (Kab. Dairi) lalu melewati menara pandang Tele menuju Pangururan. Sekitar 11 jam  kami sampai ke Pusuk Buhit karena banyak istirahat dan berhenti di jalan juga.  Jika diperkirakan hanya 7-8 jam sampai ke Pangururan.. Sebenarnya ada dua jalur/akses  untuk  mencapai Pangururan Kabupaten Samosir yakni dari Medan pertama yaitu melalui Kabupaten Karo ke arah Sidikalang (Kab. Dairi) melewati menara pandang Tele menuju pangururan. Jalur ini disebut jalur darat menuju Kabupaten Samosir. Jalur yang kedua yaitu jalur air, melalui Kab. Simalungun dengan menyebrang dari parapat menuju desa Tomok menuju kota Pangururan.

Mencapai Puncak Gunung Pusuk Buhit terdapat beberapa jalur yang bisa dilalui, namun pada umumnya ada dua jalur yang sering menjadi jalan pendakian menuju puncak Pusuk Buhit yaitu dari Desa Huta Ginjang, Kecamatan Sianjur Mula-mula dan Desa Aek Rangat, Kecamatan Pangururan. Saya dan tim pendakian memilih jalur dari Desa Huta Ginjang,  karena jalur dari desa ini tergolong mudah. Terdapat akses jalan yang beraspal untuk menuju puncak Gunung Pusuk Buhit. Jalur ini juga akan melewati lokasi-lokasi wisata seperti Aek Sipitu Dae, kawasan batuan sakral serta perkampungan suku batak pertama yaitu Sianjur Mula-mula.

Jalanan berkelok-kelok melewati 7 lapis perbukitan mengakibatkan akses yang dilalui cukup jauh. Tak jarang terlihat jalan terasa menjauhi puncak gunung tersebut. Dari akses ini, dapat memakan waktu 7 s.d 8 jam perjalanan dengan berjalan kaki.

Sebelum sampai di kaki Pusuk Buhit,selama perjalanan dimulai dari Menara Pandang, Tele sampai menuju desa Sianjur Mula-Mula begitu banyak keindahan yang saya lewati. Bukit-bukit dan hamparan danau toba benar-benar memanjakan mata. Udara yang jauh dari perkotaan menjadi salah satu alasan bersyukur tinggal di Sumatera Utara.

Bagi para penghobi petualangan, jalur dari Desa Aek Rangat merupakan jalur yang tepat dan favorit. Padang ilalang dan rerumputan mendominasi jalur ini. Pohon pinus yang tumbuh dengan jarang serta perbukitan dari sisa aktivitas vulkanisme Gunung Api Toba Purba menjadikan panorama alam yang sangat luar biasa. Dari gunung ini kita juga dapat menyaksikan Matahari terbit (sunrise) ataupun pada saat matahari terbenam (sunset).

Pendakian dimulai, tim pendakian saya begitu solid. Kami mendaki Pusuk Buhit dengan hamparan ilalang dan perbukitan yang meneduhkan mata meskipun di sapa hujan sore itu kami tetap mendaki dan memilih membangun tenda. Subuhnya, kami melanjutkan pendakian kembali untuk menuju puncak Pusuk Buhit. Alhasil, sekitar satu jam dari tempat camping kami akhirnya kami sampai di puncak Pusuk Buhit.

Pecah juga air mata saya dan tim Komunitas Pecinta Alam saya di titik 1972 MDPL. Setiap inchi tolehan kepala yang ada hanya ketakjuban di satu sisi dan ketakjuban di sisi lainnya, selain pujian untuk yang Maha Menakjubkan, pagi itu saya benar-benar tak bisa berkata apa-apa.

Sekitar satu jam mengabadikan landscape view Kaldera Gunung Toba  dan menikmati puncak Pusuk Buhit, kami memilih turun. Sesampai di tenda kami membersihkan area sekitar camp dari sampah-sampah. Melanjutkan perjalanan pulang, menggendong carrier yang sudah ringan di punggung, saya menikmati alam dan suasana sejuk kawasan Pusuk Buhit.

 Di sekitar kawasan Gunung Pusuk Buhit juga terdapat tanaman langka yaitu Bunga Abadi atau Bunga Edelweis. Jumlahnya memang tidak sebanyak di Gunung-gunung Pulau jawa (G. Sumeru atau G. Gede Pangrango), namun kawasan ini merupakan tempat terakhir tumbuhnya  bunga Edelweis di Sumatera Utara yang belum punah. Sebelumnya di Gunung Sinabung juga terdapat bunga tersebut, namun sudah punah karena eksploitasi yang berlebihan oleh para pendaki atau masyarakat sekitar.

Sesampai di desa Sianjur Mula-Mula kami pun bergegas kembali ke Medan. Satu hal yang saya pastikan bahwa bagi pecinta traveler dan pendakian wajib merasakan panorama alam yang disuguhkan Pusuk Buhit. Tidak ada salahnya bepergian dan mengatur rencana jalan-jalan wisata alam Anda dengan menambahkan Pusuk Buhit, Samosir dalam list agenda liburan Anda. Jika belum pernah mendaki saya sarankan untuk berolahraga dengan jogging seminggu sebelum pergi, belajar mengatur stamina supaya memudahkan Anda mendaki menuju puncak Pusuk Buhit. Satu lagi, selalu membawa P3K, logistik yang lebih, barang pendakian yang lengkap dan berdoa kepada Maha Pemilik Semesta untuk merestui perjalanannya.

Terbit di Harian Analisa, 12 Februari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar